Oleh : Ibnu Mokhtar
Kita sebagai umat muslim haruslah membezakan antara mu'amalah dengan ibadah mahdhoh. Hubungan sesama yang bukan muslim adalah bentuk daripada salah satu cabang muamalah. Inilah yang perlu kita perhatikandan mengambil berat:
PERTAMA: BERTAKZIAH KAPADA ORANG YANG BUKAN MUSLIM
Para ulama telah menyepakati bahawa bertakziah kepada orang yang bukan muslim hukumnya boleh (harus). Termasuk berbuat baik, bermu'amalah, berjiran tetangga, saling bertukar hadiah dan seterusnya. Sama dengan halnya menziarahi kawan-kawan, jiran yang bukan muslim ketika sakit.
Perilaku ini dibenarkan berdasarkan teladan Nabi SAW di masa lalu, dimana beliau pernah mengunjungi jenazah orang kafir. Dan Syara' tidak melarang kita untuk melakukan hal ini, kerana tidak ada nash yang melarangnya. Termasuk juga yang dibolehkan adalah mengucapkan bela sungkawa (takziah) kepada keluarga atau kerabatnya.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusirkamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS Al-Mumtahanah: 8)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menjenguk seorang Yahudi yang dahulu pernah melayaninya dan akhirnya Yahudi itu masuk Islam. Hal itu diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Al-adab Al-Mufrad, juga disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Matalib Al-Aliyah.
Inti patinya ialah bermuamalah itu dibolehkan selama mana dalam koridor atau lingkungan syariah. Tokoh Hadith yang terkenal Imam Sufian At-Tsauri pernah berkata bahwa seorang muslim dibolehkan untuk bertakziah kepada orang bukan Islam yang mati, dan kepadanya disunnahkan untuk mengucap (lillahis-sultanwal azhamah), kekuasaan dan keagungan hanyalah milik Allah.
Al-Hasan berkata bila kamu bertakziah kepada orang kafir maka ucapkanlah, "Tidaklah menimpamu kecuali kebaikan."
Abu Ubdullah bin Baththah berkata,
"Yang diucapkan pada saat bertakziah kepada orang kafir adalah: Semoga Allah memberikan kepada atas musibah ini sesuatu yang lebih baik dari apa yang Allah berikan kepada siapapun dari orang yang memeluk agamamu."
Seorang muslim boleh memilih lafaz manapun yang lebih disukainya dari lafaz-lafaz di atas.
KEDUA: MENDOAKAN ORANG KAFIR
Hukum mendoakan orang kafir itu tergantung dari kandungan doanya dan pada saat atau ketika bila doa itu dipanjatkan. Berdoa kepada Allah SWT untuk orang kafir yang dibenarkan adalah mendoakannya agar mendapatkan hidayah agar masuk Islam. Sebagaimana dahulu Rasulullah SAW pernah berdoa agar Islam dikuatkan oleh salah satu dari dua Umar. Dan akhirnya Umar bin Al-Khattab masuk Islam.
Selain itu, doa yang dibolehkan adalah memintakan ampunan untuk orang kafir KETIKA MASIH HIDUP. Hal itulah berdasarkan dari hadits berikut ini:
Dari Abi Abdirrahman Abdillah ibni Mas'ud r.a. berkata, "Seolah aku masih melihat Rasulullah SAW tengah menceritakan seorang nabi di antara para nabishalawatuhu wa salamuhu alaihim yang dipukul oleh kaumnya hingga berdarah. Nabiitu lalu menyeka darah dari wajahnya seraya berdoa,"Ya Allah, ampunilahkaumku, karena mereka tidak tahu"." (HR Muttafaqun 'alaihi)
Namun memintakan ampunan bagi orang kafir yang SUDAH MENINGGAL DUNIA hukumnya haram. Dalilnya adalah ketika Rasulullah SAW meminta izin kepada Allah SWT untuk meminta ampunan dari Allah atas ibunya, permintaan itu ditolak Allah SWT. Dalil lainnya adalah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Quran kisah meninggalnya Abu Thalib, di mana saat itu Rasulullah SAW ingin memintakan ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa Abu Thalib. Saat itu turunlah ayat berikut ini:
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat sendiri, sesudah nyata bagi mereka, bahawasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk bapaknya tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapanya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (QSAt-Taubah: 113 - 114)
"Orang-orang Yahudi berpura-pura bersin di majlis Rasulullah s.a.w dengan tujuan supaya Baginda bersabda dan mendoakan mereka dengan mendapat rahmat Allah – sebagaimana doa bagi orang-orang Islam apabila mereka bersin – Maka Baginda bersabda (kepada orang-orang Yahudi ketika mereka bersin) semoga Allah memberi hidayat kepada kamu dan membetulkan hal ehwal kamu."(HR Tirmizi)
Harus pula seseorang itu berdoa supaya orang bukan Islam itu beroleh hidayah dan petunjuk dari Allah SWT. Ini berdasarkan hadith:
"Thufail bin 'Amr datang kepada Rasulullah s.a.w lantas berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kabilah Daus telah menderhaka dan enggan (menerima Islam), mohonlah (berdoalah) kepada Allah agar ditimpakan keburukan ke atas mereka." Orang-orang menyangka bahawa Baginda akan berdoa memohon sesuatu keburukan ke atas mereka (kabilah Daus). Maka Baginda bersabda: "Ya Allah! Berikanlah hidayat kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka sebagai orang-orang Islam." (Hr Bukhari)
Kesimpulan yang boleh saya buat di sini adalah, jika dipandukan daripada dalil atau nash yang ada di atas adalah tidak menjadi keharusan malah ianya menjadi haram ke atas seseorang muslim tersebut mendoakan supaya bebas dari azab dunia & akhirat, keampunan dari ALLAH SWT dan Rahmat (kesejahteraan) kepada ORANG KAFIR YANG TELAH MATI kerana ianya ditegah sama sekali oleh ALLAH SWT.
Tetapi lain pula halnya andai seorang muslim mendoakan ORANG KAFIR YANG MASIH HIDUP ke arah keampunan dan rahmat (selamat) serta diberikan hidayah atau petunjuk supaya dibukakan mata hati seseorang kafir untuk lebih mendekati dan mengamalkan nilai-nilai Islam tidak kira dia adalah pemimpin atau pun tidak maka hukumnya adalah dibolehkan (harus). Malah ianya adalah sunnah Rasulullah SAW.
Wallahua'lam..